TINTA KALENDER
MERAH
( Anita Imaniar )
Pohon cemara tak segan –
segan menyibakkan daunnya yang rindang guna menggugurkan daunnya yang sudah
tua. Surya fajar yang tengah malu – malu menunjukkan senyum terbaiknya, membuat
diri ini sadar akan lamunan yang baru berlalu. Terasa
dingin oleh terpaan angin embun pagi, namun tubuh ini tetaplah kuat, lekas
menghampiri kalender bergambar mawar merah. Aku tersenyum, jariku pun memainkan
angka tiga pada bulan Agustus. Aku mulai berfikir untuk kedua kalinya. Harus kemanakah
aku pergi asalkan ia tak tahu.
Fajar berlalu, nyanyian
ayampun terganti oleh dendangan burung pipit yang dengan senangnya menyambutku
di hari yang lama ku tunggu – tunggu ini. Ayunan sepeda tua ini semakin
melambat akibat banyak bebatuan di jalan yang aku lewati. Tidak ada kata lelah
jika demi orang itu.
Pertigaan jalan menyambut
kebingunganku lagi. Jika aku belok kanan, akan ku dapati toko perkakas rumah
tangga. Namun jika aku belok ke kiri, disana teman – teman menungguku untuk
bermain bersama. Tapi hari ini adalah hari tebahagia untuknya.
Rasapun menuntunku menuju
toko kecil yang menjual perkakas rumah tangga. Barang yang dibutuhkan semuanya
ada disisni. Dompetku yang sangat tipis membuatku berfikir hebat untuk bisa
menentukan barang yang sangat dibutuhkannya. Kemarin aku terlambat menuju
sekolah akibat menunggu sarapan, padahal sudah dari pagi nasinya matang,
tinggal menunggu sayur rebus yang sangat lama. Jalan fikiranku kembali terang,
akupun jadi tahu dengan apa yanga ku beli. Tangankupun lekas meraih – raihnya
dan lekas membawanya ke kasir.
Detak jam berbunyi sangat
keras, lama yang aku rasakan. Dalam hatipun aku panjatkan do’aagar dia tidak
pulang terlambat lagi. Hampir setengah jam aku duduk termenung seorang diri,
kaki kiriku terasa kram, serta mataku yang yang ingin cepat menutup. Ini adalah
hari bahagia, aku tidak akan menyerah, karena ini tidak setiap hari terjadi.
Rasa ingin mengalirkan air
matapun terbendung sesaat, melihat wanita paruh baya tersenyum padaku dan
langsung memeluku hangat. “ SELAMAT ULANG TAHUN IBU, KINI AKU TIDAK LUPA LAGI
AKAN HARI BAHAGIAMU “. Pelukannya semakin erat dan hangat. Tanganpun meraih
sebuah kotak besar yang terbugkus unik dan menyodorkannya kepada Ibu. Tak lama
Ibu membukanya, Ibu langsung menciumku dan menangis. “ TERIMAKASIH “ merupakan
kata – kata yang diberikan kepadaku. Aku senang hari ini, berkat kalender merah
yang selalu aku corat – coret.
Komentar
Posting Komentar